Mammografi dan
Termografi;
Untuk mendeteksi ca mammae. Kadangkala dokter-dokter juga
menganjurkan penggunaan dari screening magnetic resonance imaging
(MRI) pada wanita-wanita lebih muda dengan jaringan payudara yang
padat.
Pap smear;
Pap smear merupakan kepanjangan dari Papanicolau test. Tes ini
ditemukan oleh Georgios Papanikolaou. Tes ini merupakan tes yang
digunakan untuk melakukan skrening terhadap adanya proses keganasan
(kanker) pada daerah leher rahim (servik). Peralatan yang digunakan
yaitu; spatula/sikat halus, spekulum, kaca benda, dan mikroskop.
Mengapa
perlu skrening?
Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling sering dijumpai pada
wanita setelah kanker payudara. Kanker ini termasuk penyebab
kematian terbanyak akibat kanker. Secara internasional setiap tahun
terdiagnosa 500.000 kasus baru. Seperti halnya kanker yang lain,
deteksi dini merupakan kunci keberhasilan terapi, semakin awal
diketahui, dalam artian masih dalam stadium yang tidak begitu tinggi
atau bahkan baru pada tahap displasia atau prekanker, maka
penanganan dan kemungkinan sembuhnya jauh lebih besar. Meskipun
sekarang ini sensitivitas dari pap smear ini ramai diperdebatkan
dalam skrening kanker leher rahim, Pap smear ini merupakan
pemeriksaan non invasif yang cukup spesifik dan sensitif untuk
mendeteksi adanya perubahan pada sel-sel di leher rahim sejak dini,
apalagi bila dilakukan secara teratur. Cervicography dan tes HPV DNA
diusulkan sebagai metode alternatif bagi skrening kanker leher rahim
ini, karena kombinasi antara pap smear dan cervicography atau tes
HPV DNA memberikan sensitivitas yang lebih tinggi dibanding pap
smear saja. Siapa
saja yang perlu melakukan pap smear?
Pada umumnya seorang wanita disarankan untuk melakukan pap smear
untuk pertama kali kira-kira 3 tahun setelah melakukan hubungan
seksual yang pertama kali. American College of Obstetricians and
Gynecologist (ACOG) merekomendasikan pap smear dilakukan setiap
tahun bagi wanita yang berumur 21-29 tahun, dan setiap 2-3 tahun
sekali bagi wanita yang berumur lebih dari 30 tahun dengan catatan
hasil pap testnya negatif 3 kali berturut-turut. Namun apabila
seorang wanita mempunyai faktor resiko terkena kanker leher rahim
(misalnya : hasil pap smear menunjukkan prekanker,terkena infeksi
HIV, atau pada saat hamil ibu mengkonsumsi diethylstilbestrol (DES)
maka pap smear dilakukan setiap tahun tanpa memandang umur. Batasan
seorang wanita untuk berhenti melakukan pap smear menurut American
Cancer Society (ACS) adalah apabila sudah berumur 70 tahun dan hasil
pap smear negatif 3 kali berturut-turut selama 10 tahun.
Sphygmomanometer
dan Stetoscope;
Untuk mendeteksi hipertensi. Risiko hipertensi (tekanan darah
tinggi) meningkat seiring bertambahnya usia, berat badan dan gaya
hidup. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi yang cukup
parah tanpa ada gejala sebelumnya. Tekanan darah tinggi juga dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung, stroke,
dan gagal ginjal. Tekanan darah normal adalah kurang dari 120/80.
Tekanan darah cukup tinggi adalah 140/90 atau lebih. Dan tekanan
darah di antara kedua nilai tersebut disebut prehipertensi. Seberapa
sering tekanan darah harus diperiksa tergantung pada seberapa tinggi
nilainya dan apa faktor-faktor risiko lainnya yang dimiliki.
Photometer;
Merupakan alat untuk memeriksa kadar gula darah melalui tes darah.
Mula-mula darah diambil menggunakan alat khusus yang ditusukkan ke
jari. Darah yang menetes keluar diletakkan pada suatu strip khusus.
Strip tersebut mengandung zat kimia tertentu yang dapat bereaksi
dengan zat gula yang terdapat dalam darah. Setelah beberapa lama,
strip tersebut akan mengering dan menunjukkan warna tertentu. Warna
yang dihasilkan dibandingkan dengan deret (skala) warna yang dapat
menunjukkan kadar glukosa dalam darah tersebut. Tes ini dilakukan
sesudah puasa (minimal selama 10 jam) dan 2 jam sesudah makan.
Plano Test;
Untuk mendeteksi kehamilan (memeriksa kadar HCG dalam darah)
EJG
(Elektrokardiogram);
Untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner.
Pita Ukur LILA;
Untuk mendeteksi apakah seorang ibu hamil menderita kekurangan gizi
atau tidak dan apakah nantinya akan melahirkan bayi berat lahir
rendah (BBLR) atau tidak.
X-ray, pemeriksaan
sputum BTA;
Untuk mendeteksi penyakit TBC
Pemeriksaan fisik
Head to Toe;
Untuk mendeteksi adanya keadaan abnormal pada ibu hamil.
Rectal toucher;
Yang dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi adanya ‘cancer
prostat’. Tes skrining mampu mendeteksi kanker ini sebelum
gejala-gejalanya semakin berkembang, sehingga pengobatan/treatmennya
menjadi lebih efektif. Pria dengan resiko tinggi terhadap kanker
prostat adalah pria usia 40 tahunan.
Pervasive
Developmental Disorders Screening Test PDDST – II;
PDDST-II adalah salah satu alat skrening yang telah dikembangkan
oleh Siegel B. dari Pervasive Developmental Disorders Clinic and
Laboratory, Amerika Serikat sejak tahun 1997. Perangkat ini banyak
digunakan di berbagai pusat terapi gangguan perliaku di dunia.
Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang cukup baik sebagai alat
bantu diagnosis atau skrening Autis. Skrening
dilakukan pada umur 12-18 bulan
: Apakah bayi anda sering terlihat bosan atau tidak berminat
terhadap pembicaraan atau suatu aktivitas di sekitarnya? Apakah anak
anda sering mengerjakan suatu pekerjaan atau bermain dengan suatu
benda, yang dilakukannya berulang-ulang dalam waktu yang lama,
sehingga anda merasa heran mengapa anak seumurnya dapat
berkonsentrasi sangat baik? Apakah anda memperhatikan bahwa anak
anda dapat sangat awas terhadap suara tertentu misalnya iklan di TV,
tetapi seperti tidak mendengar suara lain yang sama kerasnya, bahkan
tidak menoleh bila dipanggil? Apakah anda merasa bahwa perkembangan
anak (selain perkembangan kemampuan berbicara) agak lambat (misalnya
terlambat berjalan)? Apakah anak anda hanya bermain dengan satu atau
dua mainan yang disukainya saja hampir sepanjang waktunya, atau
tidak berminat terhadap mainan? Apakah anak anda sangat menyukai
maraba suatu benda secara aneh, misalnya meraba-raba berbagai
tekstur seperti karpet atau sutera? Apakah ada seseorang yang
menyatakan kekuatiran bahwa anak anda mungkin mengalami gangguan
pendengaran? Apakah anak anda senang memperhatikan dan bermain
dengan jari-jarinya? Apakah anak anda belum dapat atau tidak dapat
menyatakan keinginannya, baik dengan menggunakan kata-kata atau
dengan menunjuk menggunakan jarinya? Skrening
pada umur 18-24 bulan
: Apakah anak anda tampaknya tidak berminat untuk belajar bicara?
Apakah anak anda seperti tidak mempunyai rasa takut terhadap benda
atau binatang yang berbahaya? Bila anda mencoba menarik
perhatiannya, apakah kadang-kadang anda merasa bahwa ia menghindari
menatap mata anda? Apakah anak anda suka digelitik dan berlari
bersama, tetapi tidak menyukai bermain "ciluk-ba"
Apakah ia pernah mengalami saat-saat ia menjadi kurang berminat
terhadap mainan? Apakah ia menghindari atau tidak menyukai boneka
atau mainan berbulu? Apakah ia tidak suka bermain dengan boneka atau
mainan berbulu? Apakah ia terpesona pada sesuatu yang bergerak,
misalnya membuka-buka halaman buku, menuang pasir, memutar roda
mobil-mobilan atau memperhatikan gerakan air? Apakah anda
merasa bahwa kadang-kadang anak anda tidak peduli apakah anda berada
atau tidak ada di sekitarnya? Apakah kadang-kadang suasana hatinya
berubah tiba-tiba tanpa alasan yang jelas? Apakah ia mengalami
kesulitan untuk bermain dengan mainan baru, walaupun setelah
terbiasa ia dapat bermain dengan mainan tersebut? Apakah ia pernah
berhenti menggunakan mimik yang sudah pernah dikuasainya, seperti
melambaikan tangan untuk menyatakan da-dah, mencium pipi, atau
menggoyangkan kepala untuk menyatakan tidak? Apakah anak anda sering
melambaikan tangan ke atas dan ke bawah di samping atau di depan
tubuhnya seperti melambai-lambai bila merasa senang? Apakah anak
anda menangis bila anda pergi, tetapi seperti tidak peduli saat anda
datang kembali? Penafsiran
: Bila ada 3 atau lebih jawaban "Ya" untuk nomor ganjil di
antara semua pertanyaan tersebut, anak harus diperiksa lebih lanjut
untuk menentukan apakah ia mengalami autisme. Bila ada 3 atau lebih
jawaban "Ya" untuk nomor genap di antara semua pertanyaan
tersebut, anak harus diperiksa apakah ia mengalami gangguan
perkembangan selain autisme.
CHAT (Checklist
Autism in Toddlers, di atas usia 18 bulan);
Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk skreening (uji tapis)
pada penyandang autism sejak usia 18 bulan sering dipakai di adalah
CHAT (Checklist Autism in Toddlers). CHAT dikembangkan di Inggris
dan telah digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000 balita.
Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi aspek-aspek : imitation,
pretend play, and joint attention. BAGIAN
A. Alo - anamnesis (keterangan yang ditanyakan dokter dan diberikan
oleh orang tua atau orang lain yang biasa mengasuhnya)
Senang diayun-ayun atau diguncang guncang naik-turun (bounced) di
lutut ? Tertarik (memperhatilan) anak lain ? Suka memanjat
benda-benda, seperti mamanjat tangga ? Bisa bermain cilukba, petak
umpet? Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir teh menggunakan
mainan berbentuk cangkir dan teko, atau permainan lain ? Pernah
menunjuk atau menerima sesuatu dengan menunjukkan jari ? Pernah
menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu agar anda melihat ke sana
? Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil mainan atau
balok-balok) ? Pernah memberikan suatu benda untuk menunjukkan
sesuatu ? BAGIAN
B. Pengamatan
Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata dengan)
pemeriksa ? Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa
menunjuk sesuatu di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan : "Lihat,
itu. Ada bola (atau mainan lain)" Perhatikan mata anak, apakah
anak melihat ke benda yang ditunjuk. Bukan melihat tangan pemeriksa
Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan
teko. Katakan pada anak anda : "Apakah kamu bisa membuatkan
secangkir susu untuk mama ?" Diharapkan anak seolah-olah
membuat minuman, mengaduk, menuang, meminum. Atau anak mampu bermain
seolah-olah menghidangkan makanan, minuman, bercocok tanam, menyapu,
mengepel dll. Tanyakan pada anak : " Coba tunjukkan mana 'anu'
(nama benda yang dikenal anak dan ada disekitar kita). Apakah anak
menunjukkan dengan jarinya ? Atau sambil menatap wajah anda ketika
menunjuk ke suatu benda ? Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok
menjadi suatu menara ? Interpretasi
: Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa melakukan A5, A7,
B2, B3, dan B4. Risiko kecil menderita autis : tidak bisa melakukan
A7 dan B4. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : tidak bisa
melakukan >3. Dalam batas normal : tidak bisa melakukan <3.
Audio Gram dan
Typanogram;
Untuk mendeteksi adanya kelainan atau gangguan pendengaran
MRI (Magnetic
Resonance Imaging) dan CAT Scans (Computer Assited Axial
Tomography);
Sangat menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur otak, karena
dapat melihat struktur otak secara lebih detail.
Optalmoskop dan
Tonometer;
Pemeriksaan syaraf optik dengan alat optalmoskop, pemeriksaan
tekanan mata dengan tonometer, jika perlu pemeriksaan lapang
pandangan. Penyakit mata ini akan merusak saraf optik dan dapat
menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan timbul bahkan sebelum
orang tersebut menyadari gejala-gejalanya. Tes skrining glukoma
mencari tekanan tinggi abnormal di dalam mata, untuk mencegahnya
sebelum terjadi kerusakan pada saraf optik Tes skrining glukoma
berdasarkan umur dan faktor resiko lainnya dilakukan setiap 2-4
tahun untuk umur kurang dari 40 tahun, untuk usia 40-45 tahun
dilakukan skrining tiap 1-3 tahun, usia 55-64 tahun skrining tiap
1-2 tahun, dan untuk usia 65 tahun ke atas setiap 6-12 bulan.
Penapisan
(skrining) premarital;
Amat penting dilakukan guna mengetahui “status” kesehatan yang
sebenarnya dari pasangan yang akan menikah. Tujuan dilakukannya
pemeriksaan premarital untuk mendeteksi dan mengobati jika ada
penyakit yang belum terdeteksi sebelumnya, mencegah penularan
penyakit yang dapat mempengaruhi seperti siflis, rubella, kelainan
hemoglobin, hepatitis B dan HIV/AIDS. Skrining mendeteksi dan
mencegah timbulnya penyakit yang diturunkan (genetik) seperti
penyakit thalassemia, sickle cell anemia (anemia set sabit), dan
penyakit Tay-Sachs. Kelainan fertilitas juga dapat diketahui. Di
beberapa negara seperti Spanyol, Portugal, Italia, Taiwan, Turki,
Mesir dan Brazil telah menerapkan pemeriksaan kesehatan premarital
secara rutin untuk membantu identifikasi dan mencegah pernikahan
yang berisiko.Pemeriksaan
laboratorium premarital
Beberapa pemeriksaan yang umum dilakukan sebelum menikah antara lain
hematologi rutin, golongan darah dan rhesus, profil TORCH, hepatitis
B, dan VDRL/RPR. Mari kita membahas dua diantaranya, pemeriksaan
hematologi (darah rutin) dan golongan darah ABO dan Rhesus.
Hematologi (Pemeriksaan darah rutin) Salah satu manfaat pemeriksaan
ini adalah untuk mengetahui adanya kelainan darah seperti anemia,
leukemia dan thalassemia. Thalassemia dapat menyebabkan masalah
fisik yang serius serta memerlukan biaya yang cukup besar. Sebagai
pemeriksaan awat thalassemia dilihat nilai mean corpuscular volume
(MCV) sel darah merah untuk mengidentifikasi apakah carrier atau
bukan. Golongan darah ABO dan Rhesus. Golongan darah Rhesus (Rh)
pertama kali ditemukan oteh Karl Landsteiner dan Alexander S.Weiner
tahun 1937. Berbeda dengan golongan darah sistem ABO, yang
menentukan golongan darah adalah antigen A dan B, sedangkan pada Rh
faktor golongan darah ditentukan oteh antigen Rh (dikenal juga
dengan antigen D). Jika hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan
tidak memiliki antigen Rh, maka ia memiliki Rh negatif (Rh-),
sebaliknya bita ditemukan antigen Rh, maka ia memiliki Rh positif
(Rh+). Masalah perbedaan Rhesus terutama jika ibu berdarah Rh
negatif, sedangkan suami berdarah Rh positif. Masalah ini biasanya
terjadi pada perkawinan antar bangsa dan perbedaan rhesus akan
menimbulkan masalah kesehatan terutama pada janin. Jika janin
memiliki Rh (+) maka antigen tersebut akan masuk ke peredaran darah
ibu melalui plasenta, yang menyebabkan tubuh ibu memproduksi
antibodi (antirhesus). Melalui plasenta juga, antirhesus ini akan
melakukan serangan balik ke dalam peredaran darah janin, sehingga
merusak sel darah merah janin. Pada kehamilan pertama, antirhesus
mungkin hanya akan menyebabkan bayi lahir kuning (karena proses
pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang menyebabkan
warna kuning pada kulit). Tetapi pada kehamilan kedua, masalah bisa
menjadi fatal jika anak kedua juga memiliki rhesus positif. Saat itu
kadar antirhesus ibu sedemikian tinggi, sehingga daya rusaknya
terhadap sel darah merah bayi juga hebat, yang dapat menyebabkan
janin mengalami keguguran atau mengalami pembengkakan
(eritroblastosis fetalis) yang mengancam nyawa janin. Jika sebelum
hamil ibu sudah mengetahui rhesus darahnya, masalah kelainan
kehamilan ini bisa dihindari. Sesudah melahirkan anak pertama, dan
selama kehamitan berikutnya, dokter akan memberikan obat khusus
untuk menetralkan antirhesus darah ibu. Kasus rhesus ini jarang
terjadi di daerah Asia Timur, Amerika Selatan dan Afrika, namun
kerap terjadi pada populasi ras Caucasian (eropa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar